Judul: Tenun Biru
Penulis: Ugi Agustono J.
Kategori: Novel
Penerbit: Nuansa Cendekia, 2012
Tebal: 362 Halaman
Harga: Rp39.000
Ini adalah feature yang ditulis sebagai fiksi. ~Remy Sylado
Ketika membaca sampul belakang buku ini untuk pertama kali, saya memantapkan hati. Nama besar Remy Sylado yang terpampang membuat saya yakin. Penikmat sastra yang baik, pasti mengenali karya maha dasyatnya. Apa lagi yang bisa menjadi jaminan jika salah satu sastrawan terbaik berkomentar atasnya.
Novel Tenun Biru dituliskan oleh Ugi Agustono J. Terbagi dalam 15 bab sebanyak 362 halaman. Lumayan tebal untuk dihabiskan dalam sehari. Benarlah yang dikatakan Remy Sylado. Sejak halaman awal, saya seperti merasa berada di atas tumpukan feature. Kisah ini dibuka manis dengan kegiatan sosial seorang perempuan urban dari sebuah Gang Kumuh di Jakarta.
Ratna, nama tokoh utama dalam novel ini. Digambarkan sebagai perempuan yang sempurna. Lahir dari keluarga mapan, mendapatkan pendidikan yang baik, karir yang gemilang, serta peduli pada sesama. Bukankah tokoh Ratna ini begitu mengikuti karakter manusia sempurna ala pelajaran PPKN yang didoktrinkan Orde Baru?
Janus, karakter pendukung dalam novel ini. Digambarkan seperti apa Janus? Jika Ratna digambarkan sesempurna paparan saya, Janus pun begitu. Memiliki jabatan yang bagus diperusahaan, ganteng, kaya, dan perhatian pada Ratna, pacarnya.
Bukankah mereka berdua adalah pasangan serasi? Ya, mereka adalah wujud pasangan utopis di kehidupan realis ini.
Sebenarnya, isi buku ini tidak melulu membicarakan Ratna dan Janus. Penulis ingin fokus memperkenalkan keindahan alam Indonesia, bahwa ada jutaan tempat eksotis namun tak pernah terjamah. Saya mengapresiasi baik pengenalan penulis pada beragam budaya di Indonesia. Ia memotret keindahan budaya Toraja dan Kalimantan. Namun, lagi-lagi kisah Ratna seperti sesuatu yang tak tepat diletakkan di novel ini.
Jika suatu hari, saya akan diberi kesempatan bertemu penulisnya, saya akan mengajukan pertanyaan. Mengapa karakter Ratna harus dibuat demikian?
Untuk buku ini, saya memberinya bintang tiga. Selamat membaca.