Sabtu, 07 Juni 2014

Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan

BY Unknown IN , , , No comments

Judul : Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan 
Penulis : Tasaro GK
Penerbit : Bentang
Tahun terbit : Maret 2010
ISBN13 : 9789791227797
Bahasa : Indonesia
Seri : I
 
 
Siapa yang mengenalmu, akan mencintaimu. Sungguh. Cintanya semurni dirimu yang dipenuhi cinta. Kasihmu tak terbatas hanya pada manusia saja. Kelembutanmu bahkan menjadi pergunjingan semesta alam. Dan kau tahu itu. Walau begitu, tak ada satupun alasan yang membuatmu meninggikan hati. Engkah malah merendah dalam keagungan dan kemuliaanmu. Engkau Muhammad, lahir dari seorang perempuan mulia bernama Aminah. Tahun kelahiranmu penuh keajaiban. Ada berkah yang mengalir terus-menerus sejak kau lahir. Bahkan, rahmat selalu mengiringi pertumbuhanmu. Engkau suci sejak lahir.

Wahai, Lelaki yang jauh dari keburukan... (Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan, hal. 181)

Aku bahkan tak sanggup menyerap setiap keindahan bahasa yang ditujukan padamu. Kisahmu begitu puitis serta heroik. Tak heran ketika seseorang bernama Kashva mencarimu. Bukankah ada banyak pencari lain tentangmu selainnya. Dan kau tahu itu. Kau tahu bahwa kau akan dicari hingga hari akhir kelak. Meski kisahmu belum  dirangkai seindah menggambarkan sosok dan keagunganmu selayaknya kau diagungkan, setidaknya perpaduan kisah pencarian akan menjelaskan bahwa kau sangat pantas untuk itu.

Muhammad, hadirmu adalah pelengkap sekaligus penutup para nabi. Kedatanganmu telah dikabarkan para nabi sebelummu. Kitab suci yang turun sebelum kau lahirpun menyebutkan kedatanganmu.

Zarduhst, sang nabi Persia, meramalkan, jika seorang juru selamat dilahirkan, di langit malam akan bersinar bintang dengan kecemerlangan tak berbanding

Kashva kemudian melakukan korespondensi dengan berbagai orang dari wilayah lain. Salah satunya dengan El, pemuda biara. Dalam suratnya, mereka membicarakanmu. Bagaimana orang-orang memiliki kebiasaan akan datang berbondong-bondong ketika mengetahui bahwa juru selamat telah lahir.

Jauh sebelum Yesus, bangsa Persia dan Magian begitu mendambakan kedatangan seoang juru selamat. Mereka selalu berbondong-bondong  ke mana pun setiap mendengar kabar perihal kelahiran seorang juru selamat sembari membawa berbagai hadiah

Terkadang, aku merasa ada yang janggal dari kisah yang kerap diceritakan padaku di masa kecil. Bagaimana mungkin semesta mempertanyakan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna. Ku ingat kisah pertanyaan makhluk langit. Mereka kebingungan akan apa yang akan diciptakan oleh Tuhan. Kau sempurna, diciptakan dari kemuliaan dan penghambaan. Keseimbangan dirimu, pengejawantahan semesta ada padamu.

Meski banyak hal yang membuatku tidak sepakat pada isi buku ini, namun kita harus moderat menilainya. Jarak hidup yang jauh serta berulang kalinya kisahmu diceritakan membuat kita hanya mengutip riwayat. Namun bagiku tak masalah. Itulah eksistensimu yang hadir pada relung para pencari.

Hal yang menarik juga terjelaskan dalam alur cerita tentang perang. Bahwa setiap peperangan yang terjadi pada waktu engkau Muhammad memimpin bukanlah peperangan untuk melanggar hak kemanusiaan, melainkan sebuah perang untuk memuliakan manusia. Terkait dengan penyerangan Mekkah ketika Muhammad menetap di Madinah adalah sebuah perang menghancurkan berhala, patung, yang kaum Quraisy sebut sebagai Tuhan. Ia malah menjamin perlindungan setiap orang yang bersaksi atas nama Tuhan.

 Tak pernah habis cerita tentangmu Ya Rasul, bahkan ketika kisah dalam buku ini diakhiri, sebenarnya tak terbatas hikmah tentangmu yang bisa diwariskan peradaban. Salam alaika ya rasul.

Kamis, 05 Juni 2014

Cerita Calon Arang

BY Unknown IN , , No comments

Judul Buku : Cerita Calon Arang
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Jumlah Halaman : 96
Kategori : Fiksi
Format : Paperbacks
Dipubikasikan : Maret 2009
Penerbit : Lentera Dipantara
ISBN13 : 97997312105

***

Mengapa Perempuan? Saat pertama kali membaca buku ini, naluri keperempuanan saya terusik. Yang manakah naluri yang berjenis kelamin itu? Bukan naluri itu sendiri yang memiliki wujud fisik, tapi hal fisiologis padanya mampu mempengaruhi secara psikologi bagaimana jiwa seorang perempuan. Apa yang dipikirkannya akan tercermin dalam tindaknya.

Pram mampu menangkap bagaimana pemikiran seseorang sangat berpengaruh pada apa yang ia lakukan bagi umat manusia. Pram menyajikannya secara menarik dalam novel berjudul Cerita Calon Arang. Ia menyajikan cerita tentang perempuan dari sisi yang lain. Ini juga masih erat kaitannya mistisisme yang dianut oleh masyarakt Jawa.

Kisah ini bermula dari seorang janda sakti, Calon Arang, yang memiliki seorang anak perempuan. Janda ini menyembah dewi yang mampu memberikannya kekuatan magis. Dengan sasajian tertentu, hajat yang hendak disampaikan, serta merapal mantra menjadi gambaran umum aktifitas sang janda.

Suatu hari, sang janda mengetahui bahwa masyarakat di sekitarnya menggunjingkan anak perempuannya. Anak gadis Calon Arang sebenarnya berparas cantik. Namun karena takut pada Calon Arang, tak seorang pria pun berani datang melamarnya. 

Calon Arang memohon kepada dewi untuk memberikan kutukan kepada masyarakat. Permintaan Calon Arang terkabul. Datanglah wabah kematian menjangkiti masyarakat. Warga di sekitar tempat tinggalnya meninggal satu persatu.

Ketersinggungan lalu menjadi awal dari konflik berkepanjangan antara Calon Arang dengan masyarakat. Konflik yang ditampakkan oleh cerita ini, Pram menggambarkannya melalui kemarahan Calon Arang. Betapa kalutnya masyarakat menghadapi wabah. Mereka yang menggunjing secara langsung hingga mereka yang tak tahu apa-apa pun menjadi korban. Calon Arang murka, perlakuan tidak adil yang menimpa anaknya harus mendapatkan pembalasan setimpal. Calon Arang membalas bara di hatinya, tersulut oleh amarah.

*
Banyak pesan moral yang terekam di dalam novel ini. Awal mula mistisisme Jawa sebenarnya telah dituliskan oleh Pram dalam buku Arus Balik. Di sini, praktik-praktik mistis itu menjadi nyata. Bukan hanya Jawa, praktik mistisisme masyarakat Indonesia bahkan terjadi hampir di semua penjuru. Sumatra, Kalimantan, Jawa, Maluku, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga Papua.

Praktiknya pun ditujukan pada berbagai hal. Mulai dari yang baik, seperti teknik pengobatan, hingga praktik untuk mencelakakan orang lain. Tidak heran juga jika di era 2000-an, beberapa film Indonesia kerap menayangkan tema santet dan sejenisnya.

Menurut saya, tidak ada yang salah dengan pengetahuan mistikal pada masyarakat. Indonesia kental dengan kebudayaan yang lekat dengan alam. Hidup berdampingan hingga saling menjaga. Namun komunikasi yang tidak berjalan harmonis, menyinggung pihak lain tanpa peduli efek yang akan terjadi selanjutnya kerap menjadi hidangan sehari-hari.

Manusia dikuasai amarah, diliputi rasa benci, serta dengki.

*

Hal menarik lain dalam cerita ini terletak pada cara Pram mengakhiri cerita. Taktik yang digunakan untuk mengalahkan Calon Arang.

Selasa, 03 Juni 2014

Flowers for Algernon

BY Unknown IN , No comments

Judul : Flowers for Algernon, Charlie Si Jenius Dungu
Penulis : Daniel Keyes
Jumlah Halaman : 457
Tahun Terbit : 2006
Genre : Klasik Science Fiksi 
Edisi : Bahasa Indonesia
ISBN : 9793330023

***

Ini bacaan wajib bagi mahasiswa psikologi. Perkembangan ilmu psikologi terkadang membuat kita hanya bisa ber-ohh atau bahkan mengatakan 'masa?' serta bisa berkata 'kok bisa?'

Membaca Flowers for Algernon berhasil membuat saya berkerut juga lega. Saya jadi tahu bagaimana nasib mereka yang menderita disabilitas. Bagaimana perlakuan lingkungan sosial kepada mereka. Kehidupan sosial seperti memberikan sebuah penolakan atas landasan perbedaan. Namun di sisi lain saya menemukan bahwa kesadaran pada difabel sama dengan kesadaran bagi mereka yang mengaku normal.

Di beberapa hal, saya malah heran dengan bacaan ini. Di sini saya belajar banyak tentang etnografi penelitian psikologi sosial. Banyak hal dicatat dengan rinci. Alur penokohan ini membuat saya kemudian berpikir sejenak. Bagi pekerja sains, hal yang wajar menjadikan hewan sebagai makhluk percobaan. Sedangkan manusia, juga perihal wajar bagi mereka. Ini yang sulit dikompromikan menurut saya. Sebagai orang yang berlatar belakang ilmu sosial, memposisikan hewan dan manusia adalah dua hal berbeda. Menjadikan mereka sebagai bahan eksperimen itu menyakitkan. Menyakitkan bagi mereka secara mental. Menurunkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka juga manusia.

Perkembangan wacana pengetahuan memang membuat kita tidak hanya menjadikan eksperimen sebagai salah satunya alat untuk mendapatkan pengetahuan. Kebenaran pengetahuan bukanlah sesuatu yang harus kita buktikan banyak di laboratorium. 


Ada banyak metode pembuktian sebenaran selain hal-hal yang sifatnya empirikal. Namun bagi manusia modern, hal materil adalah dewa yang mereka sembah.Manusia modern tergila-gila dengan benda-benda. Mereka melampiaskan keinginannya untuk memiliki, mengoleksi, mengumpulkan benda sebanyak mungkin. Mereka mengumpulkan pujian serta penghargaan di atas segalanya. bahkan ketika harus mengorbankan hal lain

Tapi pernahkah para ilmuan yang melakukan eksperimen memikirkan bahwa ada hal-hal di luar sesuatu ang sifatnya empirikal? apakah semua hal harus membuat kita melakukan percobaan? setelah melakukan percobaan, mereka memang memikirkan apa efek yang bisa terjadi. Lalu, apakah tindakan setelahnya? Apakah kemanusiaan berbicara tentang eksperimen laboratorium? Atau ada hal lain yang kita perlukan untuk memahaminya?


Menurut saya, Daniel Keyes ingin mengantarkan makna kepada kita bahwa ada nilai kemanusiaan yang kita lupa hari ini. Manusia modern terjebak pada definisi manusia sempurna yang dilihat dari sisi fisik saja. Manusia normal adalah manusia yang lengkap dengan seluruh anggota tubuh serta memiliki mentalitas yang baik. Mentalitas baik bagi manusia modern adalah mereka yang jauh dari keterbelakangan mental, mengoptimalkan fungsi otak secara seimbang. Secara sederhana, manusia adalah mereka yang tidak cacat.

Saya sedih menemukan fakta yang diungkaplan oleh Keyes. Kita selalu memberi cap diri sendiri bahwa kita adalah manusia normal. Charlie, tokoh dalam novel Keyes adalah contoh manusia yang tidak diterima masyarakat banyak dalam pergaulan sosial. Mengapa pergaulan kita melihat pada perbedaan?

Namun Daniel mengungkapkan lebih dari itu. Daniel ingin menegaskan bahwa aspek kehidupan manusia tidak hanya wilayah fisiologis atau sisi fisik saja. aspek psikologi adalah hal lain dalam diri manusia yang patut diperhatikan juga.

Disebabkan karena ketidaknormalan yang disadari Charlie pada dirinya, bahwa ia bodoh tidak sepintar dan senormal yang lainnya, maka ia memutuskan mengikuti penelitian yang bisa mengubahnya menjadi pintar. Charlie diharuskan menulis sebuah Diary tentang kemajuan yang ia alami.

Sejumlah test pun diberikan kepadanya. Tak hanya Charlie saja, penelitian itu juga diujikan kepada Algernon, seekor tikus. Dalam catatan harian yang dituliskan Charlie, ia sering menyebut-nyebut Algernon. Lambat laun, banyak hal-hal yang kemudian dirasakan Charlie. Ia sama sensitifnya seperti manusia lain yang disebut normal. Hingga perkembangan pesat Algernon, sang tikus, juga terjadi padanya.

Beberapa kali test, Algernon mampu memecahkan tingkat kesulitan dari test tersebut. Karena penelitian ini berkaitan dengan meningkatkan kapasitas otak, maka hal serupa juga meningkatkan kapasitas otak pada Charlie. Namun pemberian dosis-dosis tertentu berbeda bagi keduanya. Charlie berharap kemajuannya mampu mempengaruhi serta mengubah hidupnya.

*

Renungan kisah Charlie ini penting bagi mereka yang mendewakan IQ tinggi. Bisakah Charlie memilih sejak awal untuk dilahirkan dalam segala bentuk keterbatasan yang ada? Perbedaan yang lebih ditekankan oleh orang-orang ketimbang memperlakukan difabel selayaknya manusia masih terjadi. Ini terlihat dari ruang-ruang yang tidak banyak tersedia bagi mereka. Akses informasi jika tidak berdasar pada usaha pribadi, akan sulit untuk ditemukan.

Tahun ini saja, kita dibuat panas dengan sejumlah aturan yang menyatakan bahwa difabel dan yang terlahir tidak mendapat akses masuk perguruan tinggi. Untung saja pemerintah cepat mengubah hal itu. Beragam protes telah mencoreng wajah negara kita, disebut sebagai pelanggar HAM.

Senin, 02 Juni 2014

Gadis Pantai

BY Unknown IN , , No comments

Judul Buku : Gadis Pantai
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Jenis Buku : Roman Novel
Genre : Fiksi
Penerbit: Lentera Dipantera
Jumlah Halaman: 272
No ISBN : 979-97312-8-5

***

Pram selalu memukau dalam setiap tulisannya, termasuk kisah Gadis Pantai. Novel ini ditulisnya sebagai persembahan pada neneknya, seorang perempuan Jawa yang terpinggirkan oleh zaman. 

Seperti Tetralogi Pulau Buru, Gadis Pantai masih menceritakan Indonesia masa lalu. Saat pemerintahan kolonial berkuasa. Budaya yang ditampilkan dalam buku ini diceritakan dengan jujur. Dikisahkan dari latar belakang seorang gadis yang sehari-harinya tinggal di pesisir pantai. Ia disebut Gadis Pantai.

Buku ini adalah kisah sejarah tentang apa yang menimpa tanah jawa lengkap dengan penderitaan masyarakat yang tidak menempati kasta apa pun. Mereka hanyalah nelayan biasa, biasa tak makan, biasa tak mendapatkan uang, biasa tak sekolah, dan banyak biasa lainnya pada mereka. 

Jika berbicara budaya, kita akan berbicara produk ciptaan manusia. Tingkah laku dalam kesehariannya, yang dilakukan oleh banyak orang disekitarnya, hingga menjadi ciri suatu kelompok masyarakat, itulah yang kita sebut budaya. Budaya tidak melulu berkaitan dengan lagu daerah, baju adat, rumah adat, senjata tradisional, atau gelar-gelar kebangsawanan. Namun budaya bermakna lebih luas. Sebagai ciptaan manusia, budaya menunjukkan bagaimana identitas serta watak masyarakat yang hidup kala itu.

Melalui perspektif budaya, Pram mencoba mengusik bagaimana manusia tetap memiliki relasi dengan budaya. Untuk melihat bagaimana posisi manusia dan bagaimana memberikan posisi pada dirinya. Hubungan manusia dan budaya begitu erat. Sulit untu dipisahkan. Di mana manusia hidup serta berkembang, saat itu pula mereka menciptakan peradabannya. Peradaban yang menjadi ciri kebiasaan, itulah budaya. Mulai dari pemikiran, nilai yang mereka anut, penghormatan kepada dewa, alam, serta manusia itu sendiri, itulah yang disebut budaya.

Pram sangat cerdas membingkai kritiknya dengan menampilkan simbol-simbol dalam budaya masyarakat Jawa. Seperti ketika Gadis Pantai dipaksa menjadi selir Bendoro, santri yang bekerja pada pemerintah Belanda. Pernikahan mereka hanyalah pemanasan bagi Bendoro sebelum menikahi perempuan yang sederajat dengannya. Saat hari pernikahannya tiba, Gadis Pantai dibawa dengan iring-iringan. Ramai. Lengkap dengan bedak tebal menutupi polos wajahnya.

Gadis Pantai menangis dalam perjalanan. Tangisannya menyimpan ketakutan, kehilangan, hingga pengharapan. Banyak hal yang menjadi teka-teki dalam hidupnya. Usianya masihlah 14 tahun ketika menikahi Bendoro. Hari-harinya yang diisi debur ombak langsung berganti dengan suasana gedung besar, sepi dan status sebagai istri pembesar. Namun bagaimana pun status yang ia sandangnya, ia tetaplah seorang gadis miskin yang datang dari pesisir. Terlebih, mereka tak memiliki derajat apa pun dalam masyarakat elite.

Perbedaan derajat juga ditonjolkan dalam tingkah laku Gadis Pantai bersikap pada si Bendoro, suaminya. Suaminya digambarkan sebagai seorang alim, beberapa kali tamat Quran, serta telah dua kali naik haji. Ketika berada dalam satu ruangan dengannya, maka untuk keluar dari ruangan itu, seseorang harus berjalan dengan berjongkok tanpa membalik badan.

Ada yang mengganggu pikiran saya. Bukan tentang apa yang dipikirkan Pram. Namun realita yang ia suguhkan dalam kisah ini. Bagaimana mungkin seorang beragama memperlakukan orang lain sedemikian kejamnya? Bendoro memang tidak digambarkan sebagai pria yang senang main tangan. Namun peliknya hubungan suami-istri lebih terasa ketika banyak hal tak dibagi pada Gadis Pantai. Ia dibiarkan hidup dalam tanda tamya besar. Hingga suatu hari, setelah dua tahun pernikahan mereka, Gadis Pantai menanyakan kabar burung kedekatan suaminya dengan perempuan yang dipilihkan keluarga mereka.

Pantaslah buku yang disebut Pram terdiri dari tiga jilid ini dihilangkan. Jilid kedua dan ketiga, entah di mana rimbanya. Hanya jilid pertama yang sampai ke tangan pembaca hari ini. Kisah Gadis Pantai memang menyinggung banyak pihak. Mereka yang mendahulukan ego individu di atas kemanusiaan, adalah pihak yang harusnya paling mereka. Mereka yang memiliki jabatan, status sosial, merasa hidup di atas awan. Kemiskinan yang dituturkan begitu. Namun mereka yang tetap ingin berkuasa, akan memberangus setiap penentang yang pernah ada.

Cerita buku ini lalu mengalir membedah kemanusiaan yang terenggut. Gadis Pantai. Kisah seorang perempuan yang berasal dari keluarga miskin pesisir yang dipingit oleh bangsawan. Menjadi satu hal membanggakan bagi orang yang biasa-biasa saja kemudian dilirik oleh dia yang punya posisi. Terkuaklah tabir-tabir penindasan kemanusiaan. Bagaimana mereka sesama bangsanya, menindas bangsanya sendiri.

Meski Gadis Pantai bersuamikan 'orang bersar', tinggal di gedung, memiliki pembantu, orang-orang kota tetaplah melihat ia sebagai orang kampung. Label orang kampung bermakna kotor, bodoh, dan kurang beriman. Makna inilah yang seakan dikonstruk kembali oleh Pram untuk memaksa masyarakat modern membuka mata. Benarkah mereka yang dari kampung demikian? Atau justru cap tertentu diberikan kepada mereka atas kepentingan pihak lain. Kepentingan pihak yang ingin langgeng memelihara budak.Hingga kini, masyarakat modern kita tetap saja mengadopsi pemikiran ini. Kolonialis berhasil menanamkan pemikiran itu.

Pram selalu mampu menguak kejahatan sosial budaya pada zaman di mana ia hidup. Kritiknya memang lintas zaman. Di pulau Buru menjadi tempat ia menghasilkan banyak tulisan untuk diselundupkan ke luar negeri. Pram dengan lincahnya mampu meramu sejarah menjadi literatur sastra. Penindasan oleh penjajahan Belanda memang terasa di negeri kita, tapi penindasan oleh bangsa sendiri tak pernah dibenarkan oleh kemanusiaan. Hingga kini, kritik itu masih terasa. Hingga kini, persoalan kemanusiaan masih saja ada. Hingga kini, bangsa sendiri yang menindas rakyatnya.

Lalu apa bedanya kita merdeka dari Belanda namun tetap mengadopsi watak mereka?

***

Jika protes tak lagi di dengar, sastra harus bicara!