Cover |
Judul Buku : Filosofi Kopi
Penulis : Dewi Lestari
Genre : Fiksi
Cover : Paperback
Hal134 pages
Tahun terbit : 2007
by Truedee Books, Gagas Media
(first published 2006)
Original title
Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
ISBN : 9799625734
ISBN13: 9789799625731
Edisi Bahasa : Indonesia
FILOSOFI KOPI Temukan diri anda di sini. Adalah kumpulan cerpen dari Ibu Suri Dee Lestari yang membuat saya pertama kali bisa minum kopi. Saya tertarik dengan caranya meramu setiap cerita dan prosa lalu disajikannya dalam sebuah buku.
Anak kandung Dee yang satu ini menyuguhkan delapan belas judul ciamik yang sayang untuk dicicipi. Filosofi kopi adalah salah satu cerita dalam kumpulan tulisan ini. Mengisahkan dua orang anak muda, Ben dan Jody, yang membangun bisnis kedai kopi. Awalnya nama kedai mereka adalah Kedai Koffie BEN & JODY. Lambat laut, kedai itu berganti nama menjadi FILOSOFI KOPI.
Sosok tokoh, karakter, juga latar dalam cerita ini perpaduan menarik kehidupan manusia urban. Mereka yang menjalani segala sesuatu dengan sangat mekanik, tertarik melakukan yang mereka sukai, tanpa pernah menemukan makna. Ya, cerita ini mengantar kita dalam menemukan makna rutinitas dan pelabelan diri berlebih yang sering kita sematkan pada diri sendiri. Melalui kisah Ben dan Jody, Dee mengajak kita untuk bercermin. Caranya?
Penulis yang baik merupakan penulis yang membuat kita merefleksikan hidup dalam karyanya. Dan Ibu suri Dee telah melulusi semua ujian itu. Ben, sosok barista yang memberikan makna pada setiap kopi yang dibuatnya diperhadapkan pada seorang pengunjung yang menginginkan kopi sempurna. Sempurna? Aduh, kedengarannya sulit untuk menemukannya. Namun Ben yang menjawab kalau kopi sempurna itu tak ada, hanya yang mendekati makna sempurna, membuat pelanggan itu menantang Ben. Lalu tantangan itu diterimanya. Dengan imbalan Rp. 50 juta yang juga membuat biru mata Jody, partner bisnis sekaligus sahabatnya yang hanya peduli pada profit, kopi terenak di dunia pun lahir.
Tak hanya sampai di situ saja. Jika memang mereka mampu membuat kopi yang sempurna, seperti kebanyakan dari kita mengklaim hasil kerja kita sebagai yang terbaik, Ben akhirnya terpukul. Ben's Perfecto, nama kopi sempurnanya, tidak lagi sempurna. Seorang pelanggan yang biasa saja datang ke kedai mereka. Kopi sempurna hanya disebutnya lumayan.
Dengan ekspresi sopan, bapak itu mengangguk-angguk, "Lumayan," jawabnya singkat lalu terus membaca. hal. 16 Filosofi Kopi
Entah takdir mana yang tengah dijalani Ben dan Jody. Keinginan, pencapaian, ambisi akhirnya harus melebur jua. Entah penulis ingin menampar hidup modern yang tak bermakna atau seperti apa. Yang saya tahu, yang saya temukan sebagai pembaca, bahkan segelas kopi pun adalah pemuas dahaga bagi mereka yang miskin makna kehidupan.
Selain Filosofi Kopi, masih ada lagi sejumlah prosa juga cerita yang sama kayanya dengan Filosofi Kopi.
Selamat membaca.
0 komentar:
Posting Komentar