Sampul Buku Gadis Kretek |
Siapa bilang saat kita bicara kretek, di situ tidak ada pembicaraan tentang perempuan? Siapa bilang bicara tentang kretek juga tak ada hubungannya dengan politi? Nah, bacaan ini adalah penyatuan antara perempuan, politik dalam sebuah kretek.
Bagi saya, ini adalah sebuah roman yang masih dilatarbelakangi oleh keadaan genting negara. Ketika mereka menyatakan perang fisik pada warganya sendiri sebab perbedaan ideologi. Kita mungkin tak akan pernah menyangka bahwa industri kretek di Indonesia, sebenarnya sama tuanya dengan usianya. Ada cerita tentang industri kretek yang berkembang mengantar kemerdekaan Indonesia yang terus berjalan usai proklamasi.
Dalam dunia bisnis, terkadang perempuan dijadikan objek. Objek yang dieksploitasi, terutama untuk masalah pemasaran. Bermodal tampilan, tempel bedak, pakai gincu, baju minim, produk akan laku sebab didompleng dari action si perempuan. Namun bagaimana dengan Jeng Yah, tokoh utama dalam kisah ini? Dialah tokoh utama dalam industri kretek ayahnya. Sebab dari lintingan Jeng Yah, kretek keluarganya terkenal.
Hingga akhirnya, perang itu datang. Merampas ayahnya. Mereka diciduk sebab dikira PKI. Dulu, setiap hal yang berlabel merah, dicap PKI. Hahaha. Lucu kan negeri ini? Eh, salah. Dunia ini maksud saya. Dunia ini lucu.
Selain ayahnya, suami Jeng Yah juga dirampas.
Beberapa kali di sudut buku ini, saya harus mendengus sebal. Sebab penulisnya dengan piawai mempermainkan emosi pembaca. Namun terimakasih. Sudah memberi bacaan yang berisi. Tidak melulu kisah percintaan picisan yang kosong. Walaupun bagi saya, Ratih Kumala masih bisa melakukan eksplorasi lebih dalam.
Oh iya, membunuh kretek, itu membunuh Indonesia lho.
0 komentar:
Posting Komentar