Rabu, 05 Agustus 2015

Orang Miskin Dilarang Sakit

BY Unknown No comments

Seorang pria dengan stetoskop di tangan terlihat menendang perempuan lusuh. Dengan ekspresi marah, ia mengusir perempuan itu. Kain lusuh yang ditambal sana sini digunakan untuk menutupi badan perempuan itu. Ini bukan sekedar cerita, tapi ini adalah ilustrasi realitas yang akan dipaparkan Eko Prasetyo dalam bukunya Orang Miskin Dilarang Sakit.

Eko Prasetyo salah satu penulis favorit saya. Ia berhasil mempertahankan idealismenya ketika masih mahasiswa dulu hingga saat ia membangun rumah tangga. Pikiran-pikirannya banyak dituangkan dalam buku. Kalimat-kalimatnya tajam. Paragraf yang terbangun juga sangat kritis. Tidak salah kalau pembelajar sepanjang masa ini adalah penyampai kisah-kisah pelik masyarakat bawah.


Melalui buku Orang Miskin Dilarang Sakit, Mas Eko menyampaikan dengan sederhana bagaimana kesehatan di negeri ini menjadi menjadi sebuah komiditi, bahan jualan. Produk kesehatan seperti obat, dokter, rumah sakit, adalah bagian-bagian kecil dalam sistem perusahaan kesehatan.



Mengapa orang miskin dilarang sakit?

Sebab biaya berobat itu sangat mahal. Rumah sakit dengan fasilitas bagus hanya bisa diakses oleh kalangan jetset saja. Padahal yang menghuni negara ini dari berbagai kalangan. Selain itu, peran negara dalam pelaksanaan jaminan kesehatan masih minim.



Bagaimana sinergi buku yang ditulis tahun 2004 ini masih bisa dikondisikan di tahun 2015? Sangat bisa. Dunia kesehatan yang hari ini disulap berwajah industri masih seperti sebelas tahun silam saat Eko menulis bukunya. Jaring-jaring mafia penjual obat, rumah sakit yang seolah-olah menyembunyikan obat bagi pemegang jaminan kesehatan tingkat bawah, perilaku dokter-dokter parlente, pelayanan rumah sakit, mal praktik, dan sejumlah persoalan kesehatan lainnya, masih sama.



Tidak usah heran dengan apa yang ditulis Bang Eko. Cukup terperangah saja. Pun jika tak percaya, cobalah sesekali menjadi orang miskin, merasakan hidup mereka.

Selasa, 03 Maret 2015

Review Sebelas Patriot

BY Unknown 1 comment

Sebelas Patriot

Judul Buku : Sebelas Patriot
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Cover : Paperback
Tebal : 112 Halaman
ISBN : 6028811521 (ISBN13: 9786028811521)

*

Tentang Ayah. Apa yang membosankan ketika berbicara tentang ayah? Apalagi saat kita menjuluki ayah kita sebagai ayah terbaik seluruh dunia. Bukankah menjadi ayah akan menjadi kebanggaan besar seorang lelaki?


Dan Andrea Hirata pun merekam kekagumannya pada Ayahnya, lelaki Belitong, yang tak tahu baca tulis, tak tamat SD, hanya bekerja sebagai buruh di PT PN, kuli yang diiuji kesabarannya tidak naik pangkat saat temannya naik pangkat. Bukankah ini potret hidup yang sebagian besar kita temui di Indonesia?



Meski banyak kabar tak sedap yang menimpa Andrea Hirata sebab kesuksesannya mengahantarkan Tetralogi Laskar Pelangi mendunia, karya-karya yang dihasilkannya merupakan blueprint karir awalnya sebagai penulis.



Ia berhasil mengangkat tema sederhana, tema yang sangat dengan dengan kehidupan kita. Ada rasa perjuangan di sana. Di novel ke tujuh ini, ia lagi-lagi mampu menggetarkan pembacanya dengan sajian yang cukup menggugah.



*



Demi memenuhi harapan ayahnya, Ikal belajar bahwa sesuatu yang ingin ia capai haruslah diraih secara maksimal. Ketika harapannya menjadi pemain nasional PSSI kandas, ia hanya bisa berucap maaf pada ayahnya. Ayahnya yang tak pernah menuntut apa pun darinya menjadi suatu beban tersendiri.



*



Cara Andrea Hirata menuturkan kisah hidup yang dituangkan sebagai karya fiksi harus membuat kita cermat. Bagi saya, Sebelas Patriot masih memiliki pertautan banyak dengan tertalogi Laskar Pelangi. Meski motivasi yang ingin disampaikan demikian baik, tapi kita tak bisa lepas begitu saja melahap novel ini.



Andrea Hirata yang kemudian melanjutkan sekolah di Eropa telah memuja Eropa. Ikal lupa bahwa simbol kemajuan peradaban tidak hanya terletak di Eropa. Eropa hanya simbol modernisme yang hari ini banyak memberi andil bagi hancurnya budaya serta ritual tradisional keindonesiaan. Andrea Hirata mungkin lupa bahwa virus modern yang dibawa Eropa menghantarkan mereka untuk menjajah Indonesia. Semoga Andrea Hirata mengingatnya pula bahwa semangat Eropa untuk menjajah negara-negara timur jauh demi mengukuhkan sebagat modern yang mereka miliki. Sebuah semangat untuk menguasai.



Andrea Hirata telah mengambil pijakan yang baik dengan memperkenalkan sebuah kesederhanaan, namun ia fatal saat berbicara tentang cita-cita. Mungkin tulisannya lebih banyak dipengaruhi subjektifitas dirinya yang bersekolah di Eropa kemudian hari. Namun tanpa ia sadari, ia telah mencetak generasi bari di masa mendatang bahwa bersekolah di Eropa adalah sebuah kesuksesan hidup.

Selasa, 10 Februari 2015

Review Finding Rumi: Catatan Petualangan Perempuan Indonesi di Turki

BY Unknown 1 comment



Judul Buku : Finding Rumi
Sub Judul: Catatan Perempuan Indonesia di Turki
Penulis : Najmar
Tahun Terbit : 10 April 2010
Rating : 4 stars
Edisi : Bahasa Indonesia

Ahhh...ini buku terlengkap tentang perjalanan ke Turki yang pernah ku baca. Aku melahap duluan buku ini sebelum melihat siapa penulisnya. Eng Ing Eng...ternyata penulisnya adalah seorang peneliti. Great!

Buku perjalanan ini bukan tentang perjalanan biasa. Kebanyakan penulis hanya melakukan eksplorasi pada tempat wisata seperti pantai, gunung, danau, hotel yang keren, atau hal-hal yang hanya ingin menunjukkan mereka tengah berada di luar negeri. hahaha. Padahal hakikat sebuah perjalanan adalah belajar. Mengunjungi sebuah tempat untuk mempelajari budaya serta sejarah. Dan buku Finding Rumi ini benar-benar berisi catatan perjalanan yang memperkenalkan kita pada akan negeri dualisme itu. Catatan ini juga bukan sekedar berbicara tempat di mana kita bisa makan pagi di Asia dan Makan Malam di Eropa. Yups, itu dualisme Turki menurutku.

Di awal halaman buku, saya tertarik dengan foto-foto yang tentang tarian Rumi. Selama ini kita hanya melihat foto juga tariannya tanpa mengenal siapa itu Rumi. Mungkin sikap saya sama seperti teman Mba Najmar yang tidak mengenal Rumi hingga akhirnya memutuskan tidak tertarik pada satu trip.

Awalnya penulisnya juga tidak tertarik, ia tengah menemukan ketertarikan untuk tinggal lima minggu di Turki. Menurutku, itu salah satu alasan yang tepat untuk mengulas Turki. Ia bertanya pada banyak orang tentang Turki. Ternyata ia memang lebih tertarik pada Jepang, Jerman, dan Perancis.

Apa sih yang menarik di Turki?

Bab I buku ini cukup menjadi penjelas bahwa ada lain yang bisa ditemukan Mba Najmar. Usai membaca kisah perjalanan ruhani seorang penyanyi Inggris, ia pun memantapkan hati. Ssstt...Maulana Rumi kemudian menjadi alasannya berlabuh ke negeri kebab ini.

Ku kira Najmar tidak mengenal sosok Rumi seperti diriku. Sebab aku mulai mengenal Rumi dari tulisan Najmar ini. Ia mengatakannya di awal buku bahwa telah lama mengenal Rumi. Ia memulainya dengan sering membeli buku serius. Buku Jiwaku Adalah Wanita merupakan buku pertama yang mengenalkannya pada Rumi. Ia menyukainya sebab jiwa feminin Rumi, terbuka, lembut, juga tak diskriminatif.

"Karena Maulana, jiwa femininku merasa mempunyai teman. Ia menjadi juru bicara yang baik bagi jiwa-jiwa feminin. Jiwa-jiwa yang tak melulu didikte akal karena telah melampaui akal," hal. 4, Finding Rumi, Najmar.

Wuih...kalimat-kalimat Najmar itu juga seperti menyihirku. Aku memikirkan kembali bagaimana caranya jiwa ini melampaui akal. Bagi pengetahuan minimku, beberapa penjelasan Najmar sulit ku cerna. Tapi ini bukan alasan untuk berhenti di halaman awal.

Sebenarnya buku ini bertutur secara sederhana, tidak menggurui meski Mba Najmar ini memiliki pengetahuan banyak. Juga terlihat dari sikap ingin tahunya. Ia bahkan rela menelusuri mengapa sampul Bilangan Fu, novel karya Ayu Utami bergambar Evil Eyes yang dengan mudah ditemukan di Turki. ;)

Apalagi isi bukunya?

Banyak hal-hal tak terduga yang juga bisa kita temukan. Misalnya bagaimana Maulana Rumi populer di kalangan anak muda Indonesia, yang ternyata baru populer di Turki pada tahun 2007 usai Unesco menetapkan sebagai tahun Maulana Rumi, serta 17 Desember sebagai Hari Maulana Rumi. Ini semacam kesadaran yang dimiliki Turki sebab mereka memiliki permata yang dicari dunia.

Itu saja isinya?
Banyak sekali hal-hal lain menyangkut eksotisme sejarah Turki hingga pemikiran Rumi yang dijabarkan Najma dengan tekun di buku ini. Juga lengkap dengan deskripsi setiap tempat yang ingin ia datangi, bagaimana ke sana, rute apa, dan seterusnya.

Selamat membaca yaaa :)

Senin, 02 Februari 2015

Review Buku Gadis Kretek

BY Unknown IN No comments

Sampul Buku Gadis Kretek
Siapa bilang saat kita bicara kretek, di situ tidak ada pembicaraan tentang perempuan? Siapa bilang bicara tentang kretek juga tak ada hubungannya dengan politi? Nah, bacaan ini adalah penyatuan antara perempuan, politik dalam sebuah kretek.

Bagi saya, ini adalah sebuah roman yang masih dilatarbelakangi oleh keadaan genting negara. Ketika mereka menyatakan perang fisik pada warganya sendiri sebab perbedaan ideologi. Kita mungkin tak akan pernah menyangka bahwa industri kretek di Indonesia, sebenarnya sama tuanya dengan usianya. Ada cerita tentang industri kretek yang berkembang mengantar kemerdekaan Indonesia yang terus berjalan usai proklamasi.

Dalam dunia bisnis, terkadang perempuan dijadikan objek. Objek yang dieksploitasi, terutama untuk masalah pemasaran. Bermodal tampilan, tempel bedak, pakai gincu, baju minim, produk akan laku sebab didompleng dari action si perempuan. Namun bagaimana dengan Jeng Yah, tokoh utama dalam kisah ini? Dialah tokoh utama dalam industri kretek ayahnya. Sebab dari lintingan Jeng Yah, kretek keluarganya terkenal.

Hingga akhirnya, perang itu datang. Merampas ayahnya. Mereka diciduk sebab dikira PKI. Dulu, setiap hal yang berlabel merah, dicap PKI. Hahaha. Lucu kan negeri ini? Eh, salah. Dunia ini maksud saya. Dunia ini lucu.

Selain ayahnya, suami Jeng Yah juga dirampas.

Beberapa kali di sudut buku ini, saya harus mendengus sebal. Sebab penulisnya dengan piawai mempermainkan emosi pembaca. Namun terimakasih. Sudah memberi bacaan yang berisi. Tidak melulu kisah percintaan picisan yang kosong. Walaupun bagi saya, Ratih Kumala masih bisa melakukan eksplorasi lebih dalam.

Oh iya, membunuh kretek, itu membunuh Indonesia lho.

Review Buku Teologi Pembebasan

BY Unknown IN 2 comments

Teologi Pembebasan
Ini salah satu buku yang cukup 'serius' untuk saya lahap. Di antara berbagai judul novel yang menghiasi minggu saya, Teologi Pembebasan adalah angin sejuk yang berhembus di antara kerontangnya sikap realis dari berbagai novel.

Inilah bacaan yang harusnya dipahami sebelum kita ikut-ikutan mencela agama, mencela keyakinan orang lain yang berbeda dengan kita, bahkan telah melakukan tindak diskriminasi. Buku ini seperti pedoman yang menemani langkah kita yang mencoba untuk mengantar bagaimana agama menjadi candu dalam sudut pandang Marx.

Berbicara agama sebenarnya tak mudah. Tak segampang ustad-ustad kondang televisi yang berbicara surga-neraka, jika kita berdosa masuk neraka, dan berbuat baik masuk surga. Mereka bukan Tuhan yang memutuskan kita masuk ke mana. Dan satu lagi, kita diajak jadi cerdas melihat kondisi keberagamaan. Misalnya, kayak peristiwa pemilu yang berlangsung kemarin tuh. Ketika setiap capres dibacking oleh masing-masing kelompok agama, mereka mengaitkan tokoh capres dengan agama. Maksud saya, kaitan politis tentunya. Yang ujung-ujungnya memberi wacana kalau si capres A alimlah atau si capres B kafir.

Hahahaha.

Saya cuma bisa tertawa. Ternyata serumit itu realita keberagamaan kita. Banyak dari pemeluk agama yang lupa kalau mereka beragama, terkadang keyakinannya disangkutpautkan dengan agenda politik. Haleluya! Jika kita mau sabar aja baca buu ini, serius, suer, sambar petir, buku ini seperti buka mata, hati, juga tangan kita. hehehe. Kita jadi sadar, bahwa beragama adalah sesuatu yang membebaskan.

Membebaskan bagaimana?
Nah, itu jadi syarat. Lebih lanjut, silahkan dibaca sendiri.