Selasa, 11 Februari 2014

Supernova : Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

BY Unknown IN , , No comments

Cover Buku




 
Judul : Supernova : Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Penulis : Dewi 'Dee' Lestari
Publikasi : Published March 2012
Peerbit : PT Bentang Pustaka
Jenis Cover : Paperback
Halaman : 322 pages.








--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tuhan bercerita. Tuhan bercerita lewat ciptaanNya. Tuhan bercerita dengan menggambarkan kehidupan ciptaanNya. Ia mampu membuat sebuah cerita kehidupan yang di dalamnya mampu membuat cerita lagi. Akan ada tuhan kecil lagi untuk sesuatu yang lebih kecil. Sesuatu yang akan lebih berkuasa atas hal-hal yang lebih kecil dari dirinya.

Ada kehidupan nyata yang seperti terjadi di dalam cerita dan ada cerita memiliki dirinya di kehidupan nyata. Novel ini berhasil menggabungkan dua sisi tersebut.

Dikisahkan sepasang pasangan homoseksual berikrar akan identitas diri mereka masing-masing yang diakibatkan oleh badai serotonin yang menyelimuti mereka. Dhimas dan Ruben. Dhimas seorang mahasiswa English literature dan Ruben mahasiswa Medical School  mengikat janji badai serotonin mereka yang tiga bulan dua puluh satu hari berikutnya menjadi badai endorphin, badai cinta. Mereka membuat sebuah maha karya setelah sepuluh tahun hubungan mereka. Sebuah masterpiece yang membantu menjembatani semua percabangan sains.

Karya mereka berdua kemudian dikemas dalam bentuk cerita. Roman sains yang romantis, sekaligus puitis. Kisah ini dikemas menjadi kisah cinta yang tidak biasa-biasa saja, kontroversial, bahkan ada pertentangan nilai moral dan sosialnya. Lalu, mereka menciptakan kehidupan ceritanya dengan mengangkat sebuah cerita dari satu cerita, dongeng.

Tokoh utama. Sesosok pria homoseksual dan ternyata ia menyukai wanita juga, heteroseksual. Hingga lahirlah sosok ksatria, sang puteri dan si bintang jatuh.
Bumbu kehidupan pun bermain. Aktor yang nyata pun tampak. Ada Ferre dan Rana. Dua orang yang mencintai dengan sepenuh hati dan dipertemukan tidak dalam sebuah kesengajaan. Ferre mencintai Rana yang telah menikah. Seperti menyibak kondisi sosial yang ada di masyarakat kebanyakan. Ferre tak peduli lagi cintanya tepat atau tidak, tak peduli lagi ia tampak atau tidak, atau bahkan hanya bahagia dengan dirinya atau hanya dengan sel otaknya.

Beragam pandangan berbeda pun berani di kemukakan di novel ini. Digambarkan sang ksatria    -Ferre- merasa bahwa cinta itu tidak membebaskan, membelenggu, bahkan menggiringnya ke lorong panjang pengorbanan. Alangkah tak optimis hidupnya. Kisah ini berusaha menggambarkan bagaimana fenomena di lingkungan kehidupan tak dimaknai. Cinta sebagaimana cinta tak pernah memiliki batasan lain kecuali cinta itu sendiri. Secara hakikat, ia tidak terbatas. Ada rasa yang dianugrahkan dan bahkan tak pernah mengenal untuk siapa dan apa saja. Tetapi batasan kemudian muncul untuk esensinya. Ranah praksis cinta itu sendiri. Karena sesuatu yang telah ada di alam ini kemudian yang mengenal konsep batasan. Ketika ia katakan bahwa cinta itu tidak membebaskan, di ranah mana cinta itu tidak membuatnya bebas untuk mencintai. Buktinya ia malah jatuh cinta kepada orang yang tak pernah ia duga. Bukan batasan kepada siapa, tidak. Tidak seperti kuantitas tapi pada kualitas cinta itu. Tergambar dari ungkapannya yang tak peduli lagi ia tampak atau tidak, cintanya akan tetap ada. Itulah sesuatu yang tak terbatas itu. Rasa cintanya yang tak lagi dibatasi oleh wujud materinya karena wujud materi bukan penghalangnya, tetapi sesuatu yang menjadi turunan non materi cinta. Dan mereka sepakat bahwa cinta, tidak butuh tali. Ia membebaskan dan buat apa melawan arusnya dan saling menjajah.

Untuk sosok bintang jatuh yang mereka ciptakan dari cerita yang ada cerita di dalamnya ini, evolusi emosional besar. Karena kisah ini merupakan dongeng yang diangkat tetapi tak sepenuhnya sama. Sesuatu lain dari kebanyakan ditawarkan. Ketika dikisahkan di dalam dongeng bahwa bintang jatuhlah kemudian yang akan mendapatkan sang puteri, mereka menolak. Seolah-olah cerita ini akan sangat mudah untuk di tebak. Mereka lalu ingin meninggalkan konsep itu. Sesuatu yang mampu melahirkan balas dendam dari konsep rebut merebut. Maka, bintang jatuhnya adalah seorang wanita. Refleks emosi yang bergulir kearah kedewasaan sejati, dan bukan balas dendam. Nyaris altruistik. Sesuatu yang dikira nyata padahal hanya ada satu dari lapisan multidimensi yang tak terhingga. Seperti kata Abraham Maslow bahwa ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya, ia dimungkinkan mengejar pencarian lebih tinggi yaitu aktualisasi diri. Pengetahuan akan dirinya sendiri di level paling dalam. Dan dialah bintang jatuh sesungguhnya. Tidak untuk sang puteri, ia untuk sang ksatria.

Alur kisah cinta mereka berbahan semesta dan berbumbu epistemologi. Sebuah konsep eksistensi cinta yang tak terbatas. Adak arena sesuatu yang besar juga ada. Tak terikat oleh waktu dan bahkan ruang. Rana –Sang Puteri- tak pernah mengalah atas beragam pilihan yang ada di alam ini. Ia hanya menyerahkannya kepada kemutlakan. Karena sebenarnya, ia mutlak harus memilih suaminya bukan kesatria. Dan hadirnya sosok supernova pada kehidupan maya ternyata memonitoring kisah mereka. Ialah sesosok perempuan berkulit pakaian glamor tetapi berotak filsafat. Lebih hebat dari politisi mana pun.

Kehidupan manusia di alam ini hanya mengenal konsep batasan, waktu. Konsep ini hanya ada dalam pikiran manusia, bukan fisik. Sel sendiri tak mengenal waktu. Ia hanya memperbarui diri, terus menerus, tanpa ada sangkut-pautnya dengan hitungan sekon. Manusia sendiri yang menciptakan linealitas waktu dan setuju untuk mengikutinya. Konsep ini lahir dari keinginan fundamentalnya untuk punya kendali atas hidup, termasuk mengendalikan diri sendiri. Masa depan, masa lalu, dan masa sekarang hanya ada satu gerakan tunggal yaitu kekekalan.

Dan mereka semua, hanyalah sebuah konsep. Konsep yang lahir dari pemikiran pasangan homoseksual yang keeksistensiannya hanya dalam ukiran lembar buku. Hanya ada di ruang kerja tanpa pernah beranjak ke mana pun. Dan mereka juga di lahirkan dari konsep rahim seorang penulis berepiste tinggi dengan segala turbulensi kehidupan kekal di dalamnya.


0 komentar: