Cover Buku |
Judul : Supernova : Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Penulis : Dewi 'Dee' Lestari
Penulis : Dewi 'Dee' Lestari
Publikasi : Published March 2012
Peerbit : PT Bentang Pustaka
Peerbit : PT Bentang Pustaka
Jenis Cover : Paperback
Halaman : 322 pages.
Halaman : 322 pages.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tuhan bercerita. Tuhan bercerita lewat ciptaanNya. Tuhan bercerita
dengan menggambarkan kehidupan ciptaanNya. Ia mampu membuat sebuah
cerita kehidupan yang di dalamnya mampu membuat cerita lagi. Akan ada
tuhan kecil lagi untuk sesuatu yang lebih kecil. Sesuatu yang akan lebih
berkuasa atas hal-hal yang lebih kecil dari dirinya.
Ada
kehidupan nyata yang seperti terjadi di dalam cerita dan ada cerita
memiliki dirinya di kehidupan nyata. Novel ini berhasil menggabungkan
dua sisi tersebut.
Dikisahkan sepasang pasangan
homoseksual berikrar akan identitas diri mereka masing-masing yang
diakibatkan oleh badai serotonin yang menyelimuti mereka. Dhimas dan
Ruben. Dhimas seorang mahasiswa English literature dan Ruben mahasiswa Medical School
mengikat janji badai serotonin mereka yang tiga bulan dua puluh satu
hari berikutnya menjadi badai endorphin, badai cinta. Mereka membuat
sebuah maha karya setelah sepuluh tahun hubungan mereka. Sebuah
masterpiece yang membantu menjembatani semua percabangan sains.
Karya
mereka berdua kemudian dikemas dalam bentuk cerita. Roman sains yang
romantis, sekaligus puitis. Kisah ini dikemas menjadi kisah cinta yang
tidak biasa-biasa saja, kontroversial, bahkan ada pertentangan nilai
moral dan sosialnya. Lalu, mereka menciptakan kehidupan ceritanya dengan
mengangkat sebuah cerita dari satu cerita, dongeng.
Tokoh utama. Sesosok pria homoseksual dan ternyata ia menyukai wanita juga, heteroseksual. Hingga lahirlah sosok ksatria, sang puteri dan si bintang jatuh.
Bumbu
kehidupan pun bermain. Aktor yang nyata pun tampak. Ada Ferre dan Rana.
Dua orang yang mencintai dengan sepenuh hati dan dipertemukan tidak
dalam sebuah kesengajaan. Ferre mencintai Rana yang telah menikah.
Seperti menyibak kondisi sosial yang ada di masyarakat kebanyakan. Ferre
tak peduli lagi cintanya tepat atau tidak, tak peduli lagi ia tampak
atau tidak, atau bahkan hanya bahagia dengan dirinya atau hanya dengan
sel otaknya.
Beragam pandangan berbeda pun berani di
kemukakan di novel ini. Digambarkan sang ksatria -Ferre- merasa bahwa
cinta itu tidak membebaskan, membelenggu, bahkan menggiringnya ke
lorong panjang pengorbanan. Alangkah tak optimis hidupnya. Kisah ini
berusaha menggambarkan bagaimana fenomena di lingkungan kehidupan tak
dimaknai. Cinta sebagaimana cinta tak pernah memiliki batasan lain
kecuali cinta itu sendiri. Secara hakikat, ia tidak terbatas. Ada rasa
yang dianugrahkan dan bahkan tak pernah mengenal untuk siapa dan apa
saja. Tetapi batasan kemudian muncul untuk esensinya. Ranah praksis
cinta itu sendiri. Karena sesuatu yang telah ada di alam ini kemudian
yang mengenal konsep batasan. Ketika ia katakan bahwa cinta itu tidak
membebaskan, di ranah mana cinta itu tidak membuatnya bebas untuk
mencintai. Buktinya ia malah jatuh cinta kepada orang yang tak pernah ia
duga. Bukan batasan kepada siapa, tidak. Tidak seperti kuantitas tapi
pada kualitas cinta itu. Tergambar dari ungkapannya yang tak peduli lagi
ia tampak atau tidak, cintanya akan tetap ada. Itulah sesuatu yang tak
terbatas itu. Rasa cintanya yang tak lagi dibatasi oleh wujud materinya
karena wujud materi bukan penghalangnya, tetapi sesuatu yang menjadi
turunan non materi cinta. Dan mereka sepakat bahwa cinta, tidak butuh
tali. Ia membebaskan dan buat apa melawan arusnya dan saling menjajah.
Untuk
sosok bintang jatuh yang mereka ciptakan dari cerita yang ada cerita di
dalamnya ini, evolusi emosional besar. Karena kisah ini merupakan
dongeng yang diangkat tetapi tak sepenuhnya sama. Sesuatu lain dari
kebanyakan ditawarkan. Ketika dikisahkan di dalam dongeng bahwa bintang
jatuhlah kemudian yang akan mendapatkan sang puteri, mereka menolak.
Seolah-olah cerita ini akan sangat mudah untuk di tebak. Mereka lalu
ingin meninggalkan konsep itu. Sesuatu yang mampu melahirkan balas
dendam dari konsep rebut merebut. Maka, bintang jatuhnya adalah seorang
wanita. Refleks emosi yang bergulir kearah kedewasaan sejati, dan bukan
balas dendam. Nyaris altruistik. Sesuatu yang dikira nyata padahal hanya
ada satu dari lapisan multidimensi yang tak terhingga. Seperti kata
Abraham Maslow bahwa ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan
dasarnya, ia dimungkinkan mengejar pencarian lebih tinggi yaitu
aktualisasi diri. Pengetahuan akan dirinya sendiri di level paling
dalam. Dan dialah bintang jatuh sesungguhnya. Tidak untuk sang puteri,
ia untuk sang ksatria.
Alur kisah cinta mereka berbahan
semesta dan berbumbu epistemologi. Sebuah konsep eksistensi cinta yang
tak terbatas. Adak arena sesuatu yang besar juga ada. Tak terikat oleh
waktu dan bahkan ruang. Rana –Sang Puteri- tak pernah mengalah atas
beragam pilihan yang ada di alam ini. Ia hanya menyerahkannya kepada
kemutlakan. Karena sebenarnya, ia mutlak harus memilih suaminya bukan
kesatria. Dan hadirnya sosok supernova pada kehidupan maya ternyata
memonitoring kisah mereka. Ialah sesosok perempuan berkulit pakaian
glamor tetapi berotak filsafat. Lebih hebat dari politisi mana pun.
Kehidupan
manusia di alam ini hanya mengenal konsep batasan, waktu. Konsep ini
hanya ada dalam pikiran manusia, bukan fisik. Sel sendiri tak mengenal
waktu. Ia hanya memperbarui diri, terus menerus, tanpa ada
sangkut-pautnya dengan hitungan sekon. Manusia sendiri yang menciptakan
linealitas waktu dan setuju untuk mengikutinya. Konsep ini lahir dari
keinginan fundamentalnya untuk punya kendali atas hidup, termasuk
mengendalikan diri sendiri. Masa depan, masa lalu, dan masa sekarang
hanya ada satu gerakan tunggal yaitu kekekalan.
Dan mereka
semua, hanyalah sebuah konsep. Konsep yang lahir dari pemikiran
pasangan homoseksual yang keeksistensiannya hanya dalam ukiran lembar
buku. Hanya ada di ruang kerja tanpa pernah beranjak ke mana pun. Dan
mereka juga di lahirkan dari konsep rahim seorang penulis berepiste
tinggi dengan segala turbulensi kehidupan kekal di dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar